Rumah Sakit Al-Ahli Alami Kerusakan Parah
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa kondisi Rumah Sakit Al-Ahli di Gaza kini sangat memprihatinkan. Fasilitas penting seperti laboratorium dan ruang gawat darurat rusak berat akibat serangan udara yang dilancarkan oleh militer Israel pada Minggu (13/4).
Serangan ini merupakan kali kelima yang menargetkan rumah sakit tersebut sejak konflik berlangsung. Gedung apotek, unit gawat darurat, hingga laboratorium genetika dua lantai turut hancur. Bahkan bangunan di sekitar seperti Gereja St Philip ikut terdampak.
Evakuasi Terburu-Buru, Pasien Kritis Gaza Tak Bisa Dipindah
Keuskupan Anglikan Yerusalem yang mengelola RS Al-Ahli menyatakan bahwa militer Israel memberi waktu hanya 20 menit kepada staf dan pasien untuk mengungsi. Meskipun tidak ada korban langsung akibat ledakan, seorang anak yang tengah dirawat meninggal dunia karena proses evakuasi yang tidak optimal.
WHO menyebutkan bahwa 50 pasien berhasil dipindahkan ke rumah sakit lain. Namun, sebanyak 40 pasien dalam kondisi kritis tidak bisa dievakuasi karena keterbatasan fasilitas dan risiko tinggi saat pemindahan.
Baca Juga: Donna Agnesia Ungkap Rahasia Body Goals Tanpa Pantang Nasi
WHO Kecam Serangan Terhadap Fasilitas Kesehatan Gaza
Juru bicara WHO, Dr Margaret Harris, mengungkapkan kepada BBC bahwa pihaknya menyaksikan serangan bertubi-tubi terhadap rumah sakit dan tenaga kesehatan. Persediaan medis kini sangat terbatas karena blokade yang diberlakukan Israel.
Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan bahwa rumah sakit dan fasilitas kesehatan dilindungi oleh hukum humaniter internasional.
“Serangan terhadap sistem perawatan kesehatan harus dihentikan. Pasien, tenaga medis, dan rumah sakit harus dilindungi,” tegas Tedros.
Israel Klaim RS Al-Ahli Gaza Digunakan oleh Hamas
Pihak militer Israel mengklaim bahwa RS Al-Ahli digunakan sebagai pusat komando oleh kelompok Hamas. Namun, Keuskupan Gereja Inggris sebagai pengelola rumah sakit meminta bukti atas tuduhan tersebut dan menyuarakan duka serta kemarahan atas serangan yang terjadi.