Kebijakan Baru Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan untuk menaikkan biaya visa kerja khusus H-1B sebesar US$100.000 atau sekitar Rp1,6 miliar (kurs Rp16.601). Visa ini biasanya digunakan bagi pekerja sementara dengan kontrak beberapa bulan, terutama untuk posisi yang membutuhkan keahlian khusus.
Tujuan Donald Trump Membatasi Pekerja Asing
Langkah ini dianggap sebagai bagian dari strategi ketat Trump untuk mengurangi masuknya tenaga kerja asing. Selama ini, visa H-1B banyak dipakai pekerja sektor teknologi yang sebagian besar berasal dari China dan India.
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menegaskan pentingnya memanfaatkan lulusan universitas dalam negeri dibanding mengimpor tenaga kerja. Menurutnya, perusahaan seharusnya melatih warga Amerika sendiri agar tidak kehilangan kesempatan kerja.
Dampak Bagi Sektor Teknologi
Kenaikan biaya yang fantastis ini diperkirakan akan menekan industri teknologi Amerika. Selama bertahun-tahun, sektor ini sangat bergantung pada tenaga ahli dari luar negeri untuk mengisi kesenjangan keterampilan.
Data mencatat jumlah pekerja asing di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) di AS meningkat lebih dari dua kali lipat antara 2000 hingga 2019, mencapai hampir 2,5 juta orang. Sementara itu, pertumbuhan lapangan kerja STEM secara keseluruhan dalam periode yang sama hanya naik 44,5%.
Kritik dan Kekhawatiran
Kebijakan Trump memicu gelombang kritik karena dinilai bisa berdampak kontraproduktif. Di satu sisi, tujuannya melindungi pekerja lokal, namun di sisi lain bisa menimbulkan pemangkasan tenaga kerja dalam negeri jika perusahaan kesulitan mencari talenta yang tepat.
Banyak pihak mengingatkan, visa H-1B justru berperan vital untuk mendatangkan pekerja berkeahlian tinggi yang dapat menjaga daya saing industri Amerika. Tanpa akses tersebut, perusahaan berisiko kehilangan inovasi dan kalah dalam persaingan global.
Baca Juga: Travel Naikkan Tarif Uang Percepatan Haji