DolarDolar

Nilai tukar rupiah kembali menjadi sorotan setelah sejumlah pengamat memperkirakan dolar Amerika Serikat (AS) bisa menembus angka Rp 17.000. Sejumlah faktor global dan domestik turut mendorong pelemahan ini, termasuk perang dagang yang dipicu oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump. Apa saja penyebabnya, dan bagaimana pemerintah bisa merespons? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Kurs Dolar AS Terus Menguat, Rupiah Kian Tertekan

Berdasarkan data Bloomberg per Jumat, 4 April 2025, dolar AS tercatat berada di level Rp 16.745, naik 33 poin atau 0,20% dibandingkan hari sebelumnya. Dolar dibuka di level Rp 16.718 dan menunjukkan tren penguatan yang cukup konsisten.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuabi, memprediksi bahwa nilai tukar rupiah bisa melemah hingga Rp 17.000, dengan catatan dolar harus terlebih dahulu mencapai Rp 16.900. Jika angka tersebut terlewati, potensi pelemahan lanjutan sangat terbuka.

Pemicu Utama: Perang Dagang dan Kebijakan Trump

Menurut Ibrahim, pelemahan rupiah kali ini bukan disebabkan oleh faktor teknikal semata, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, terutama kebijakan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Indonesia dikenai tarif impor sebesar 32%, yang berdampak langsung pada neraca perdagangan dan tekanan terhadap nilai tukar. Kebijakan ini tidak hanya berimbas pada Indonesia, tetapi juga pada sejumlah negara lain, membuat mata uang global turut bergejolak.

“Kalau level Rp 16.900 tembus, kemungkinan besar akan menuju Rp 17.000. Ini semua efek dari perang dagang yang mulai memanas lagi sejak 2 April lalu,” kata Ibrahim.

Langkah Pemerintah untuk Menahan Pelemahan

Ibrahim menegaskan bahwa pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus sigap dalam menghadapi situasi ini. Beberapa langkah yang disarankan antara lain:

  • Intervensi pasar valuta asing melalui Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
  • Lelang obligasi untuk menjaga likuiditas pasar.
  • Kolaborasi BI dengan OJK untuk memperkuat pasar keuangan domestik.

Selain itu, Ibrahim juga menekankan pentingnya stimulus ekonomi, khususnya untuk sektor UMKM dan koperasi, guna menjaga daya beli masyarakat di tengah tekanan ekonomi global. Program bantuan sosial seperti BLT dan bansos juga dinilai krusial untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Cari Pasar Ekspor Baru di Tengah Gejolak Dolar Global

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar tradisional yang kini terdampak perang dagang, Ibrahim menyarankan agar pemerintah mulai mencari mitra dagang baru, termasuk di negara-negara BRICS dan non-BRICS.

Langkah ini dinilai strategis untuk menjaga keseimbangan perdagangan dan menekan dampak negatif dari ketegangan geopolitik serta ketidakpastian ekonomi global.

Pandangan Ariston Tjendra: Masih Ada Peluang Rupiah Menguat

Senada dengan Ibrahim, pengamat pasar uang Ariston Tjendra juga menyoroti dampak kebijakan tarif impor AS terhadap nilai tukar rupiah. Namun, Ariston menilai bahwa ada peluang pemulihan, terutama karena Trump masih membuka ruang untuk negosiasi ulang, yang ditanggapi positif oleh pelaku pasar.

“Meski begitu, rupiah masih rawan melemah jika muncul sedikit saja sentimen negatif,” ujar Ariston.

Menurutnya, dalam waktu dekat, rupiah masih berpotensi melemah ke kisaran Rp 16.800 – Rp 17.000, meskipun ada kemungkinan menguat ke Rp 16.300 – Rp 16.200, tergantung perkembangan situasi global dan kebijakan pemerintah.

Solusi Jangka Pendek dan Panjang untuk Rupiah

Ariston menekankan bahwa pemerintah perlu mengelola isu-isu internal seperti:

  • Penurunan daya beli masyarakat
  • Pemutusan hubungan kerja (PHK)
  • Defisit anggaran

Langkah-langkah tersebut sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan investor dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Selain itu, BI diharapkan tidak mengeluarkan kebijakan moneter yang terlalu longgar dalam waktu dekat, guna menjaga stabilitas rupiah.

Rupiah menghadapi tekanan berat akibat kombinasi faktor eksternal seperti perang dagang dan kebijakan tarif AS, serta tantangan domestik. Prediksi dolar AS yang bisa menembus Rp 17.000 menjadi sinyal bagi pemerintah untuk segera bertindak melalui intervensi pasar, stimulus ekonomi, serta diplomasi dagang.

Langkah yang tepat dan cepat akan sangat menentukan arah pergerakan rupiah ke depan — apakah mampu bertahan, atau justru makin terpuruk.

Baca Juga: Daftar Negara ASEAN yang Terdampak Tarif Impor AS di Era Trump

By admin

One thought on “Dolar AS Diramal Tembus Rp 17.000, Ini Biang Keroknya”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *