Kuliner Berbahan Ulat Mulai Dilirik Chef Restoran Mewah
Di tengah meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan pangan, para chef kelas atas di Inggris mulai menjadikan ulat sebagai bahan masakan alternatif. Tak lagi sekadar serangga eksotis, ulat kini dinilai sebagai sumber protein tinggi yang lezat dan layak disajikan di restoran mewah.
Biasanya, restoran fine dining mengandalkan daging ayam, sapi, babi, atau kambing sebagai menu utama. Namun kini, para koki mulai melirik serangga, khususnya ulat, sebagai bahan masakan yang tak hanya sehat tetapi juga ramah lingkungan.
Ulat Panggang Jadi Hidangan Inovatif di Dunia Kuliner
Seorang chef ternama asal Prancis, Alain Ducasse, pernah mencicipi ulat panggang yang dibumbui paprika. Menurutnya, tekstur renyah dan rasa pedas dari bumbu menjadikan hidangan tersebut menarik dan menyenangkan untuk disantap.
Ducasse juga menekankan pentingnya menyajikan makanan yang bukan hanya lezat, tetapi juga sehat dan berkontribusi pada kelestarian bumi. Pandangannya ini menjadi inspirasi bagi dua chef Inggris, Laura Portelli dan Christophe Saintagne, untuk mulai mengeksplorasi menu serangga di dapur mereka.
Kreasi Lain: Udang Fermentasi dan Rumput Laut
Selain menu ulat, Portelli dan Saintagne juga memperkenalkan menu eksperimental seperti udang mentah yang difermentasi selama 30 hari. Hidangan ini disajikan bersama nasi dan rumput laut, menawarkan cita rasa unik sekaligus mendorong inovasi dalam dunia kuliner.
Christophe Saintagne mengingat petuah gurunya, Chef Ducasse, bahwa seorang koki harus terus belajar dan berani mencoba hal-hal baru demi kemajuan dapur dan industri makanan.
Mendorong Konsumsi Protein Alternatif yang Berkelanjutan
Pergeseran ini bukan sekadar tren, tapi bagian dari gerakan nasional yang didukung oleh dana sebesar £15 juta (sekitar Rp331 miliar) dari badan inovasi Inggris, UKRI. Dana ini digunakan untuk membentuk National Alternative Protein Innovation Centre (NAPIC), yang bertujuan mempercepat transisi menuju sumber protein berkelanjutan.
Saat ini, hanya sekitar 9 persen konsumsi protein di Inggris berasal dari non-daging. Melalui kampanye dan inovasi seperti ini, diharapkan masyarakat Inggris akan lebih terbuka pada sumber protein alternatif, termasuk dan serangga.
Asia Lebih Dulu Konsumsi Serangga
Kebiasaan menyantap serangga sebenarnya sudah lebih dulu akrab di negara-negara Asia. Di Thailand, misalnya, aneka serangga goreng dijajakan di lapak kaki lima. Indonesia pun punya tradisi kuliner serangga, seperti sagu yang biasa diolah menjadi sate atau tumisan.
Kini, dengan meningkatnya minat global terhadap sumber pangan berkelanjutan, bisa jadi makanan berbasis serangga—termasuk —akan menjadi norma baru di meja makan kelas dunia.
Baca Juga: Viral! Gorengan Roti Rebus Bumbu Bawang dan Cabai